PONOROGO (Warta Mothik) - Lahir di Kubang, Sumatera Barat, pada tanggal 10 Mei 1922, Rosihan Anwar tumbuh dalam lingkungan keluarga yang menjunjung tinggi pendidikan dan kebudayaan. Ayahnya, Anwar bin Kari Mudo, adalah seorang guru, yang tentu saja menanamkan kecintaan pada ilmu pengetahuan dan literasi sejak dini.
Pendidikan yang Membentuk Intelektualitas
Pendidikan formal Rosihan Anwar dimulai di Europeesche Lagere School (ELS) di Padang, sebuah sekolah dasar pada masa kolonial Belanda. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) juga di Padang. Kecintaannya pada dunia tulis-menulis dan pemikiran kritis semakin terasah ketika ia bersekolah di Algemeene Middelbare School (AMS) di Yogyakarta. Di kota pelajar inilah, interaksinya dengan berbagai intelektual muda dan semangat perjuangan kemerdekaan mulai membentuk pandangan hidupnya.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Rosihan Anwar tidak berhenti belajar. Ia melanjutkan pendidikannya di Universiteit van Indonesië (kini Universitas Indonesia) di Jakarta, mengambil jurusan Sejarah. Pendidikan formal di bidang sejarah inilah yang kelak sangat mewarnai karya-karya jurnalistik dan tulisannya.
Karier Gemilang di Dunia Jurnalistik
Karier jurnalistik Rosihan Anwar dimulai jauh sebelum kemerdekaan. Pada masa pendudukan Jepang, ia aktif dalam gerakan pemuda dan turut menulis di berbagai media perjuangan. Setelah kemerdekaan, namanya melambung sebagai seorang wartawan yang tajam, kritis, dan memiliki integritas tinggi.
Beberapa tonggak penting dalam karier jurnalistiknya meliputi:
* Redaktur Harian Siasat: Di harian ini, Rosihan menunjukkan kemampuannya dalam menganalisis isu-isu politik dan sosial dengan mendalam. Gaya penulisannya yang lugas namun berbobot menjadikannya salah satu suara yang diperhitungkan.
* Pendiri dan Pemimpin Redaksi Pedoman: Harian Pedoman yang didirikannya pada tahun 1948 menjadi salah satu surat kabar terkemuka di Indonesia. Pedoman dikenal dengan independensinya, keberaniannya dalam mengkritisi pemerintah, dan kualitas tulisan para wartawannya. Sayangnya, Pedoman dibredel oleh pemerintah pada tahun 1961.
* Kolumnis yang Produktif: Setelah pembredelan Pedoman, Rosihan Anwar tetap aktif menulis sebagai kolumnis di berbagai media massa, termasuk Kompas dan The Jakarta Post. Kolom-kolomnya selalu dinanti pembaca karena menawarkan perspektif yang cerdas dan analisis yang tajam terhadap perkembangan bangsa.
* Peliputan Peristiwa Penting: Sepanjang kariernya, Rosihan Anwar meliput berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia, mulai dari perjuangan kemerdekaan, Konferensi Meja Bundar, hingga berbagai pergolakan politik dan sosial di era Orde Lama dan Orde Baru. Pengalamannya ini memberikan kedalaman dan kekayaan dalam setiap tulisannya.
Kontribusi di Bidang Sejarah dan Sastra
Selain dikenal sebagai seorang wartawan ulung, Rosihan Anwar juga memberikan kontribusi yang signifikan di bidang sejarah dan sastra. Sebagai seorang sejarawan, ia menulis banyak buku dan artikel yang mengupas berbagai aspek sejarah Indonesia, dengan penekanan pada periode perjuangan kemerdekaan dan perkembangan politik pasca-kemerdekaan. Karyanya didasarkan pada riset yang mendalam dan disampaikan dengan gaya bahasa yang menarik.
Minatnya pada sastra juga sangat besar. Ia aktif dalam berbagai kegiatan kebudayaan dan memiliki pemahaman yang mendalam tentang perkembangan sastra Indonesia. Meskipun tidak banyak menghasilkan karya fiksi, pemikirannya tentang sastra dan kebudayaan seringkali muncul dalam tulisan-tulisannya.
Masa Senja dan Wafatnya Sang Legenda
Memasuki usia senja, semangat Rosihan Anwar untuk menulis dan berbagi pemikiran tidak pernah pudar. Meskipun kesehatannya menurun, ia tetap produktif menghasilkan tulisan-tulisan yang bernas. Ia menjadi sosok yang dihormati dan disegani oleh berbagai kalangan, baik jurnalis muda, sejarawan, maupun tokoh masyarakat.
Rosihan Anwar menghembuskan napas terakhir di Jakarta pada tanggal 11 Januari 2011, dalam usia 88 tahun. Kepergiannya meninggalkan duka yang mendalam bagi dunia pers, sejarah, dan sastra Indonesia. Ia dikenang sebagai seorang intelektual yang gigih, seorang jurnalis yang berani dan berintegritas, serta seorang sejarawan yang memberikan sumbangan berharga bagi pemahaman sejarah bangsa.
Warisan Rosihan Anwar akan terus hidup melalui karya-karyanya yang abadi, menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk terus menjunjung tinggi kebenaran, kejujuran, dan semangat intelektual dalam berkarya bagi bangsa dan negara. Ia adalah potret seorang pendekar pena sejati yang tak pernah lelah menyuarakan keadilan dan kebenaran.
0 Komentar