Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Bersih Desa Surodikraman, Gedang Sewu Wujud Kebersamaan Warga


PONOROGO (Warta Mothik) - Kelurahan Surodikraman, Kecamatan Ponorogo Kota, menggelar rangkaian kegiatan budaya tahunan Bersih Desa Surodikraman, Sabtu (24/05/225). 

Rangkaian kegiatan dimulai sejak Jumat (23/05/2025), dengan ziarah ke makam Mbah Mojo, leluhur yang diyakini sebagai tokoh awal pembabat wilayah Surodikraman. Ziarah ini diikuti para sesepuh desa dan panitia sebagai bentuk penghormatan dan napak tilas nilai-nilai spiritual leluhur.

Kegiatan dilanjutkan Sabtu malam dengan mengadakan kirab budaya Gedang Sewu dan Doa Bersama. Ribuan pisang (gedang) diarak warga bersama iring-iringan budaya khas Panaragan. Kirab ini menjadi simbol kerukunan dan tekad warga untuk bersama membangun desa.

Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko mengucapkan terima kasih dan mengapresiasi kegiatan uri-uri budaya yang dilakukan oleh warga ini. 

"Saya mengucapkan terima kasih karena ada kelurahan di Ponorogo yang tradisi bersih desanya menjadi semiotika budaya dan simbol filosofis. Guyub rukun adalah kunci keberhasilan penataan daerah. Harapannya, ekonomi tumbuh, budaya tumbuh, kerukunan tumbuh menuju Ponorogo Hebat." ucapnya sesaat sebelum memberangkatkan Kirab. 


Lurah Surodikraman, Ibu Supatmi saat diwawancarai Warta Mothik juga menyampaikan rasa syukur dan harapan atas agenda yang dilaksanakan ini. 

“Alhamdulillah, ini tahun ketiga Kirab Gedang Sewu dan Doa Bersama. Harapannya, masyarakat terus kompak dan guyub rukun menuju masyarakat luar biasa.” tuturnya. 

Sedangkan Camat Kota Ponorogo, Shandra Aji Hidayanto, menambahkan bahwa semangat kebersihan desa selaras dengan rencana besar Grebeg Suro mendatang.

'Semoga warga semakin tentram sentosa. Sesuai pesan Pak Bupati, nanti 1 Juni ada Car Free Night di Jalan Urip Sumoharjo. Mari kita hias rumah, sambut Grebeg Suro dengan semangat baru.” paparnya. 

Tak kalah penting, Heru Trimawan dari Komunitas Seni daan Budaya Pamong Wengker menyatakan komitmen untuk mengembalikan identitas budaya asli Ponorogo.

“Ponorogo terlalu lama tertutup budaya luar. Melalui tradisi seperti ini, semoga identitas Panaragan bisa hidup kembali,” harapnya.

Acara ditutup dengan doa bersama dan memotong tumpeng yang diikuti tokoh masyarakat, perangkat desa, warga, hingga tamu kehormatan seperti Sekretaris Kementerian Koordinator (Sesmenko) Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso dan Anggota DPRD Kab. Ponorogo Agung Priyanto,S.E.,M.M.

(Adv)
Bagus Satriawan/MA

Posting Komentar

0 Komentar