Hot Posts

Ki Sarmidi Mangunsarkoro: Pelita Pendidikan Bangsa


Ki Sarmidi Mangunsarkoro adalah nama yang tak terpisahkan dari tonggak sejarah pendidikan di Indonesia. Sosoknya bukan hanya seorang pendidik, melainkan juga pejuang yang mendedikasikan hidupnya demi kemajuan bangsa melalui jalur pendidikan. Perjalanan hidupnya, dari kelahiran hingga akhir hayatnya, adalah cerminan perjuangan dan dedikasi yang patut kita teladani.

Kelahiran dan Latar Belakang Keluarga

Sarmidi Mangunsarkoro dilahirkan pada 23 Mei 1904 di Surakarta, Jawa Tengah. Ia berasal dari keluarga yang cukup terpandang dan memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Ayahnya, Sastrosarkoro, adalah seorang wedana di Surakarta, yang mana posisi tersebut menunjukkan bahwa keluarganya memiliki akses dan pemahaman yang baik mengenai pentingnya pendidikan di masa itu. Lingkungan keluarga yang mendukung ini membentuk dasar bagi minat dan kepedulian Sarmidi terhadap dunia pendidikan sejak dini.

Jejak Pendidikan dan Awal Mula Ketertarikan pada Pendidikan

Pendidikan Ki Sarmidi Mangunsarkoro dimulai dari Hollandsch Inlandsche School (HIS), kemudian melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Yogyakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di Kweekschool (Sekolah Guru) yang merupakan sekolah keguruan Bumiputera pada masa kolonial. Dari sinilah, ia mulai mendalami ilmu pendidikan dan menyadari betapa pentingnya pendidikan bagi kemajuan masyarakat.

Pengalamannya di sekolah guru tidak hanya memberinya bekal ilmu pedagogi, tetapi juga membuka matanya terhadap kondisi pendidikan pribumi yang tertinggal di bawah pemerintahan kolonial. Hal ini menumbuhkan semangat perjuangan dalam dirinya untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih merata dan relevan bagi bangsanya.


Perjalanan Karier dan Peran dalam Taman Siswa

Karier Ki Sarmidi Mangunsarkoro tidak dapat dilepaskan dari pergerakan Taman Siswa. Setelah lulus dari Kweekschool, ia sempat menjadi guru di sekolah milik pemerintah kolonial. Namun, panggilan jiwanya untuk berjuang melalui pendidikan yang lebih nasionalis membawanya bergabung dengan Perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara pada tahun 1922.

Di Taman Siswa, Ki Sarmidi menemukan wadah yang tepat untuk menyalurkan idealismenya. Ia bukan hanya menjadi guru, tetapi juga menjadi aktivis dan pemikir pendidikan. Ia secara aktif terlibat dalam pengembangan kurikulum, metode pengajaran, dan konsep pendidikan nasional yang berlandaskan pada kebudayaan dan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang, Ki Sarmidi sempat ditangkap karena aktivitasnya yang dianggap membahayakan. Namun, semangatnya tidak pernah padam. Setelah proklamasi kemerdekaan, dedikasinya semakin diuji dan diakui.

Jasa-Jasa dan Kontribusi Penting

Jasa-jasa Ki Sarmidi Mangunsarkoro bagi bangsa dan negara sangatlah besar, terutama dalam bidang pendidikan. Beberapa kontribusi pentingnya antara lain:

 * Penyusunan Kurikulum Nasional
Ia berperan penting dalam merumuskan dasar-dasar pendidikan nasional yang kemudian menjadi fondasi bagi sistem pendidikan pasca-kemerdekaan. Pemikirannya tentang pendidikan yang berakar pada kebudayaan sendiri sangat relevan hingga kini.

 * Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Pada masa awal kemerdekaan, Ki Sarmidi Mangunsarkoro dipercaya mengemban amanah sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di beberapa kabinet, yaitu Kabinet Amir Sjarifuddin II (1947-1948), Kabinet Hatta I (1948-1949), dan Kabinet Hatta II (1949). Pada masa jabatannya, ia aktif memperjuangkan agar pendidikan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia, bukan hanya golongan tertentu. Ia juga menggagas wajib belajar bagi anak-anak Indonesia.

 * Pengembangan Pendidikan Nasional
Ia adalah salah satu arsitek utama dalam pembangunan pondasi pendidikan Indonesia. Pemikirannya tentang pentingnya pendidikan karakter, nasionalisme, dan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat menjadi pijakan penting.

 * Tokoh Pergerakan Nasional
Selain aktif di bidang pendidikan, Ki Sarmidi juga merupakan seorang tokoh pergerakan nasional yang gigih. Ia percaya bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mencapai kemerdekaan dan membangun bangsa yang berdaulat.

Hari-Hari Akhir

Setelah mengabdikan seluruh hidupnya untuk pendidikan dan perjuangan bangsa, Ki Sarmidi Mangunsarkoro meninggal dunia pada 8 Februari 1974 di Yogyakarta. Jenazahnya dimakamkan di Makam Pahlawan Nasional Taman Wijaya Brata, Yogyakarta, yang juga merupakan tempat peristirahatan terakhir Ki Hajar Dewantara.

Warisan pemikiran dan perjuangan Ki Sarmidi Mangunsarkoro terus hidup dan relevan hingga saat ini. Dedikasinya terhadap pendidikan yang inklusif, berlandaskan nilai-nilai kebangsaan, dan berorientasi pada pembangunan karakter adalah sebuah pelajaran berharga bagi generasi penerus. Ia adalah contoh nyata bahwa pendidikan bukan hanya tentang ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang membentuk manusia yang berjiwa merdeka dan berbakti kepada negaranya.

Bagus Satriawan

Posting Komentar

0 Komentar