PONOROGO (Warta Mothik) - Roestam Effendi, lahir di Padang pada tanggal 13 Mei 1903, adalah sosok yang menarik karena kiprahnya yang melintasi dua dunia: dunia sastra yang penuh imajinasi dan dunia pergerakan kemerdekaan yang penuh aksi nyata.
Ia bukan hanya seorang penulis yang menghasilkan karya-karya penting, tetapi juga seorang aktivis gigih yang menyuarakan aspirasi bangsanya. Dan ia adalah orang Hindia Belanda pertama yang menjadi anggota parlemen Belanda (Tweede Kamer).
Lahir dari pasangan Soelaiman Effendi dan Siti Sawiah. Ayahnya merupakan seorang fotografer, yang kelak pindah ke Jakarta dan mendirikan Effendi Bank.
Roestam muda tumbuh dalam lingkungan Minangkabau yang kaya akan tradisi lisan dan nilai-nilai keislaman, ia mendapatkan pendidikan formal di sekolah Belanda. Pendidikan ini membukakan cakrawalanya terhadap pemikiran-pemikiran Barat, namun tidak lantas membuatnya tercerabut dari akar budayanya. Justru, perpaduan antara wawasan modern dan pemahaman mendalam tentang tradisi Minangkabau menjadi salah satu ciri khas dalam karya-karyanya.
Karier Roestam Effendi di dunia sastra mulai menanjak pada era 1920-an. Ia dikenal sebagai penyair dan dramawan yang berani mengangkat isu-isu sosial dan politik yang relevan dengan kondisi zamannya. Salah satu karyanya yang paling monumental adalah drama "Bebasari" (1932). Drama ini, dengan simbolisme yang kuat, menggambarkan semangat perjuangan rakyat Indonesia untuk meraih kemerdekaan dari penjajahan Belanda. Melalui tokoh-tokoh dan alur cerita yang dramatis, Roestam Effendi berhasil membangkitkan kesadaran nasional dan mengobarkan semangat perlawanan di kalangan pembacanya.
Selain berkarya di bidang sastra, Roestam Effendi juga aktif dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia. Ia terlibat dalam berbagai organisasi dan kegiatan yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan bangsa. Pemikiran-pemikirannya yang kritis terhadap kolonialisme dan semangat nasionalismenya tercermin tidak hanya dalam karya-karyanya, tetapi juga dalam tindakan-tindakannya sebagai seorang pejuang.
Kehidupan Roestam Effendi tidak selalu berjalan mulus. Sebagai seorang aktivis, ia kerap kali berhadapan dengan risiko dan tekanan dari pemerintah kolonial. Namun, semangatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan tidak pernah surut. Ia terus berkarya dan berjuang, memberikan kontribusi yang signifikan bagi bangsa dan negara.
Memasuki masa tua, Roestam Effendi tetap menunjukkan kecintaannya pada dunia sastra dan perjuangan. Ia terus menulis dan memberikan inspirasi bagi generasi muda. Roestam Effendi menghembuskan napas terakhirnya pada tanggal 28 Mei 1979 di Jakarta.
Kepergian Roestam Effendi meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi Indonesia. Ia adalah contoh nyata seorang intelektual yang tidak hanya pandai merangkai kata, tetapi juga berani bertindak nyata demi mewujudkan cita-cita bangsanya. Karya-karyanya tetap relevan hingga kini, menjadi pengingat akan pentingnya semangat perjuangan, kesadaran nasional, dan keberanian dalam menyuarakan kebenaran.
Roestam Effendi adalah bukti bahwa sastra dan perjuangan dapat berjalan beriringan, saling menguatkan dalam mencapai tujuan yang mulia.
Bagus Satriawan
0 Komentar