PONOROGO (Warta Mothik) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo melalui Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Ponorogo seakan tidak berhenti dalam berinovasi untuk lebih menyemarakkan Grebeg Suro 2025.
Melalui Bidang Pemuda dan Olahraga, Pemkab Ponorogo akan menorehkan prestasi unik dalam dunia seni budaya dengan menggelar Karnaval Keroncong selama 24 Jam, sebuah perhelatan musik keroncong tanpa henti yang menjadi bagian dari rangkaian acara Grebeg Suro 2025.
Acara yang dijadwalkan berlangsung tanggal 26 - 27 Juni 2025 ini diklaim sebagai Konser Keroncong 24 jam pertama di dunia dan siap menjadi magnet wisata baru di kota Reog tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Ponorogo, Judha Slamet Sarwo Edi, menyatakan bahwa Karnaval Keroncong 24 Jam adalah bagian dari upaya pelestarian budaya serta strategi untuk memperkaya daya tarik wisata berbasis seni tradisional.
“Pertama kali di dunia, dalam rangkaian Grebeg Suro ini akan mengadakan Konser musik keroncong selama 24 jam,” ujar Judha. Rabu (18/06/2025).
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa event ini akan menampilkan 20 grup keroncong, termasuk 2 orkestra dari luar kota, yang akan tampil bergiliran selama sehari semalam. Judha menyebutkan bahwa kegiatan ini tak hanya menjadi pertunjukan musik, tetapi juga bagian dari misi pelestarian keroncong sebagai warisan budaya bangsa.
“Kita mempunyai Karnaval Keroncong 24 Jam. Ini tentunya dari teman-teman seniman musik keroncong. Dan keroncong ini juga harus kita lestarikan dan harus kita lindungi, harus kita kembangkan, harus kita kuatkan.” ujarnya.
Menurutnya, musik keroncong memiliki kekuatan emosional dan estetika yang tinggi, serta mampu menyatukan rasa dan membentuk identitas kebudayaan Indonesia.
“Karena musik keroncong ini menyatukan antara rasa. Kemudian dengan musik, kemudian dengan suara, dengan nada. Nah ini tentunya sesuatu alunan yang indah." tambah Judha.
Namun demikian, ia mengingatkan bahwa musik keroncong menghadapi ancaman kepunahan jika tidak diwariskan kepada generasi muda. Ia menekankan pentingnya regenerasi seniman keroncong agar musik ini tetap hidup dan berkembang.
“Ini harus kita jaga. Ini adalah musik keroncong, peninggalan asli dari budaya kita sendiri. Oleh karena itu, harus kita lindungi, jangan sampai terancam punah seperti Reog. Karena apa? Pada saat ini harus kita, anak-anak muda, musik keroncong harus kita transmisikan. Harus kita wariskan kepada anak-anak muda supaya tetap terjaga. Sehingga keroncong juga akan terjadi suatu transmisi, kemudian regenerasi. Sehingga keroncong akan menjadi alunan musik yang semakin lebih indah, mempesona.” demikian papar pria tak kenal lelah ini.
Selain sebagai bentuk pelestarian budaya, acara ini juga diproyeksikan menjadi ajang promosi wisata dan identitas baru bagi Ponorogo di mata nasional maupun internasional.
“Ini momennya, keroncong ini bukan cuma lokal Jawa Timur, tapi bahkan dari luar provinsi juga. Dan ini tentunya yang membanggakan. Teman-teman grup musik keroncong dari Ponorogo bisa menjadi magnet. Event ini bisa menjadi magnet teman-teman pelestari keroncong dari luar daerah.” kata Judha.
Jika pergelaran perdana ini sukses, pihaknya berencana menjadikan Karnaval Keroncong 24 Jam sebagai agenda tahunan yang lebih besar, bahkan bisa berdiri sebagai acara tersendiri di luar Grebeg Suro.
“Kalau ini sebagai yang perdana, manakala sukses, itu nanti akan kita gelar acara keroncong ini yang lebih besar. Atau Karnaval Keroncong ini menjadi kegiatan yang tersendiri." pungkasnya.
Sementara itu dalam wawancara terpisah, Wakhid Purwanto selaku Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Disbudparpora Kabupaten Ponorogo menyampaikan pandangannya terkait peran pemuda dan kolaborasi komunitas dalam Festival Keroncong 24 Jam.
"Festival Keroncong 24 Jam ini bukan hanya soal pertunjukan musik, tapi juga wujud gotong royong luar biasa dari berbagai elemen masyarakat Ponorogo. Sinoman Ponorogo, Komunitas Keroncong, KNPI, dan banyak komunitas lainnya bersatu demi menghadirkan sebuah peristiwa budaya yang belum pernah ada sebelumnya. Ini adalah momentum emas bagi anak-anak muda untuk ikut mengangkat musik keroncong sebagai warisan bangsa, dan menjadikannya relevan di tengah dinamika zaman. Kami di Dinas Pariwisata sangat bangga bisa memfasilitasi gerakan kolektif ini, yang tidak hanya memperkuat identitas budaya lokal, tetapi juga membuka peluang baru dalam sektor pariwisata kreatif di Ponorogo." ujar Wakhid saat ditemui Warta Mothik pada Rabu (18/06/2025).
Diharapkan dengan semangat pelestarian budaya dan kolaborasi lintas generasi, Karnaval Keroncong 24 Jam di Ponorogo tak hanya menjadi tonggak sejarah dalam dunia seni musik tradisional, tetapi juga membuka lembaran baru bagi pariwisata budaya Indonesia. Sebuah langkah berani dari Ponorogo, yang pantas mendapat perhatian nasional maupun dunia." tutup pria ramah ini.
Bagus Satriawan/HLM
#grebegsuro2025
0 Komentar