Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Prof. Dr. Ir. Herman Johannes: Intelektual Pejuang di Garis Depan Bangsa



Dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia, banyak nama besar terukir abadi sebagai pahlawan. Salah satunya adalah Prof. Dr. Ir. Herman Johannes, seorang ilmuwan, pendidik, dan pejuang yang mendedikasikan hidupnya untuk kemerdekaan dan kemajuan Indonesia. Jejak langkahnya, dari bangku kuliah hingga medan pertempuran, menjadi inspirasi tak lekang oleh waktu.

Akar Pendidikan dan Keluarga

Herman Johannes dilahirkan di Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 28 Mei 1912. Ia berasal dari keluarga guru yang sangat menjunjung tinggi pendidikan. Ayahnya, Mozes Johannes, adalah seorang kepala sekolah, dan ibunya, Cornelia Johannes, seorang guru. Lingkungan keluarga yang akademis inilah yang menanamkan benih kecintaan pada ilmu pengetahuan sejak dini dalam diri Herman.

Pendidikan dasarnya ditempuh di HIS (Hollandsch-Inlandsche School) di Makassar, kemudian melanjutkan ke MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) dan AMS (Algemene Middelbare School) di Batavia (sekarang Jakarta). Bakat dan kecerdasannya membawanya ke puncak pendidikan pada masanya, yaitu Technische Hoogeschool (sekarang Institut Teknologi Bandung/ITB) di Bandung, tempat ia meraih gelar Insinyur Teknik pada tahun 1939. Di sana, ia menjadi salah satu dari sedikit bumiputera yang berhasil menembus tembok pendidikan tinggi kolonial.

Karier dan Perjuangan di Masa Revolusi

Setelah lulus, Herman Johannes tidak langsung terjun ke dunia politik, melainkan memilih jalur pengabdian melalui pendidikan dan penelitian. Ia menjadi asisten dosen di Technische Hoogeschool, menunjukkan komitmennya terhadap dunia akademis. Namun, gejolak kemerdekaan yang melanda Indonesia tak bisa dielakkan. Jiwa patriotiknya terpanggil untuk membela tanah air.

Ketika proklamasi kemerdekaan dikumandangkan pada 17 Agustus 1945, Herman Johannes segera bergabung dengan barisan pejuang. Perannya sangat strategis, bukan hanya sebagai fisikawan, tetapi juga sebagai komandan pasukan. Ia terlibat aktif dalam berbagai pertempuran mempertahankan kemerdekaan, termasuk Agresi Militer Belanda I dan II. Keahliannya dalam ilmu fisika dimanfaatkan untuk merancang dan memproduksi senjata rakitan, termasuk bom-bom molotov, yang sangat vital dalam perjuangan gerilya. Salah satu kisah heroiknya adalah ketika ia dan pasukannya turut serta dalam upaya pertahanan Yogyakarta.

Selain pertempuran fisik, Herman Johannes juga berperan dalam perjuangan diplomatik. Ia terlibat dalam delegasi Republik Indonesia dalam berbagai perundingan, menunjukkan bahwa perjuangan kemerdekaan membutuhkan kekuatan fisik dan kecerdasan intelektual.


Pengabdian Setelah Kemerdekaan: Dari Rektor hingga Menteri

Setelah kemerdekaan berhasil diraih, Herman Johannes kembali ke jalur pendidikan dan pengabdian. Ia menjadi salah satu tokoh sentral dalam pengembangan pendidikan tinggi di Indonesia. Pada tahun 1946, ia bersama beberapa tokoh lainnya mendirikan Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta, sebuah institusi pendidikan yang kelak menjadi mercusuar ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 

Herman Johannes dipercaya menjabat sebagai dekan pertama Fakultas Teknik UGM dan kemudian sebagai rektor UGM dari tahun 1961 hingga 1966. Di bawah kepemimpinannya, UGM berkembang pesat dan melahirkan banyak intelektual dan pemimpin bangsa.

Selain perannya di UGM, Herman Johannes juga mengemban berbagai jabatan penting di pemerintahan. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga pada Kabinet Dwikora (1965-1966) dan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan pada Kabinet Ampera (1966-1968). Dalam setiap posisinya, ia selalu mengedepankan integritas, profesionalisme, dan dedikasi untuk kemajuan bangsa.

Warisan dan Akhir Hayat

Prof. Dr. Ir. Herman Johannes adalah sosok yang multitalenta. Ia adalah ilmuwan yang brilian, pejuang yang gagah berani, pendidik yang berdedikasi, dan negarawan yang bijaksana. Kontribusinya dalam pembangunan bangsa, terutama di bidang pendidikan dan teknologi, sangat besar. Ia adalah teladan bagi generasi penerus bangsa tentang pentingnya ilmu pengetahuan, semangat perjuangan, dan pengabdian tanpa batas.

Atas segala jasa-jasanya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada tanggal 28 Mei 2009, sebuah pengakuan yang pantas bagi seorang putra terbaik bangsa. Herman Johannes menghembuskan napas terakhirnya di Yogyakarta pada tanggal 17 Oktober 1992, di usia 80 tahun. 

Meskipun jasadnya telah tiada, semangat dan warisannya akan terus hidup, menginspirasi kita semua untuk terus membangun Indonesia yang lebih baik.
Makamnya di Pemakaman Keluarga UGM menjadi pengingat abadi akan pengabdian seorang Herman Johannes, seorang intelektual pejuang yang tak pernah lelah mendedikasikan hidupnya untuk kemajuan bangsa.

Posting Komentar

0 Komentar