Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Yang Chil Sung, Oppa Korea Perakit Ranjau yang Ditakuti Belanda



Tidak semua pahlawan Indonesia lahir di Nusantara. Salah satunya adalah Yang Chil Sung, seorang pemuda asal Korea yang direkrut paksa oleh tentara Jepang, namun kemudian memilih mengabdikan hidup dan matinya untuk kemerdekaan Indonesia. Dikenal dengan nama Indonesia Komarudin, ia menjadi salah satu gerilyawan paling dicari oleh Belanda di wilayah Priangan.

Mengapa pemuda Korea ini memilih Garut sebagai medan tempur terakhirnya, dan bagaimana keberaniannya dalam aksi sabotase membuatnya dijatuhi hukuman mati, yang ia sambut dengan teriakan "Merdeka!"?

Yang Chil Sung, Sang Jagoan Sabotase

Yang Chil Sung (lahir 1919 di Korea) tiba di Indonesia sebagai tentara penjaga tawanan Jepang. Setelah Proklamasi Kemerdekaan, alih-alih pulang, ia memilih bergabung dengan rakyat Indonesia.

Yang Chil Sung bersama beberapa rekannya dari Korea dan Jepang yang memilih membela Indonesia, lari dari kamp tawanan. Ia kemudian masuk Islam dan mengganti namanya menjadi Komarudin. Ia menikah dengan wanita pribumi dan berjuang bersama rakyat di Garut, Jawa Barat.

Keahlian Militer, Komarudin dikenal memiliki kemampuan tempur yang baik, terutama sebagai ahli perakit bom dan ranjau. Keahliannya ini sangat berharga dalam perang gerilya melawan Belanda yang memiliki persenjataan modern.

Aksi Sabotase yang Menggemparkan Belanda

Jagoan Garut, Bersama dua rekannya, Masahiro Aoki (Abubakar) dan Hasegawa (Usman), Komarudin membentuk tim inti yang sangat aktif melakukan sabotase dan perlawanan. Mereka menjadi target utama buruan Belanda, dan kepala mereka dihargai mahal.

Melenyapkan Jembatan Cimanuk, Salah satu aksi heroik paling terkenal yang ia pimpin adalah penghancuran Jembatan Cimanuk di Wanaraja, Garut. Jembatan ini adalah jalur strategis yang akan digunakan pasukan Belanda untuk merebut wilayah tersebut.

Dengan keahliannya merakit peledak, Komarudin berhasil menghancurkan jembatan tersebut. Aksi sabotase ini menggagalkan upaya pasukan Belanda untuk bergerak cepat dan membuktikan kepada Belanda bahwa perlawanan di Garut masih sangat kuat.


Akhir Heroik di Depan Regu Tembak

Pada akhir tahun 1948, setelah terjadi pengkhianatan, Komarudin bersama Aoki dan Hasegawa ditangkap Belanda di sekitaran Gunung Dora, perbatasan Garut-Tasikmalaya, saat sedang merumuskan strategi.

Ketiganya, bersama Letnan Djoehana dari pihak Indonesia, diadili di pengadilan militer Belanda dan dijatuhi hukuman mati karena dianggap melakukan aksi terorisme.

Pada 21 Mei 1949, Komarudin dieksekusi mati di Kerkhoff, Garut. Menurut kesaksian yang beredar, di detik-detik terakhir sebelum dieksekusi, Komarudin menolak tawaran Belanda untuk kembali hidup dengan dikirim pulang ke Korea. Ia justru berteriak lantang, "Merdeka!" beberapa kali, sebuah penghormatan tertinggi bagi tanah yang ia bela hingga akhir hayatnya.

Yang Chil Sung, sang Komarudin, kini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut, sebagai simbol persahabatan sejati dan pengorbanan tanpa batas untuk Indonesia.

Bagus Satriawan
Diolah dari berbagai sumber