PONOROGO - Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Ponorogo mencatat adanya tren positif dalam penurunan angka kemiskinan. Geliat Pemkab Ponorogo untuk menghidupkan sektor pariwisata dan budaya dinilai positif untuk mengangkat perekonomian masyarakat, meski sektor pertanian masih menjadi penyumbang terbesar.
Kepala BPS Ponorogo, Evi Trisusanti, menjelaskan angka garis kemiskinan di Kabupaten Ponorogo terus naik, dari Rp413.619 pada 2024 naik menjadi Rp428.153 pada 2025. Tapi ternyata jumlah kemiskinan mengalami penurunan. Artinya, meski angka kemiskinan terus naik, tapi banyak penduduk yang lepas dari kemiskinan.
"Garis kemiskinan itu naik, dari 413 naik menjadi 428, artinya semakin tinggi, tapi kemiskinan di kabupaten Ponorogo turun, artinya kesejahteraan di Ponorogo ada peningkatan," jelas Evi.
Meski begitu, Evi menggarisbawahi, penduduk yang sudah lepas dari garis kemiskinan itu bukan orang kaya. Data tersebut menjelaskan jika penduduk yang lepas dari garis kemiskinan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar saja. Karena itulah Evi mengharapkan adanya upaya dari OPD untuk mendorong agar masyarakat bisa mendapatkan penghasilan yang lebih baik lagi.
"Kemampuan ekonomi masyarakat Ponorogo itu baik, untuk memenuhi kebutuhan dasar. Tapi jangan dinarasikan lepas dari 428 itu kaya, tapi itu hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar, makanya kita harus dorong untuk mendapatkan penghasilan lebih tinggi lagi."
Dari sisi pertumbuhan ekonomi, Ponorogo justru mencatat prestasi yang membanggakan. Pertumbuhan ekonomi kabupaten ini mencapai 6,71 persen, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 5,12 persen.
Menurut Evi, kekuatan ekonomi Ponorogo ditopang sektor pertanian yang masih dominan, disusul perdagangan, industri kecil, serta pariwisata yang tengah menggeliat. Fokus Pemerintah Kabupaten Ponorogo untuk mengembangkan sektor Pariwisata dan Budaya dinilai bagus oleh Evi. Pasalnya, sektor ini ketika berkembang akan mengangkat sektor-sektor lainnya, termasuk perdagangan, industri, dan lainnya.
"Pariwisata itu sebenarnya bisa berdiri di sektor lainnya, pertanian itu bisa menjadi wisata, pertanian bisa menjadi penyokong sektor pariwisata (hotel, restoran, dan lainnya)," jelas Evi. "Pendidikan misalnya, dari anak TK dan SD sudah diajarkan bujang ganong, reog, dan seni lainnya, pertunjukan-pertunjukan Reog mini ternyata menarik masyarakat. Itu contoh perpaduan sektor pendidikan dan pariwisata, yang penting jangan dieksploitasi."
"Sektor pariwisata dan budaya itu ketika dikembangkan maka semua sektor akan ketarik semuanya."
Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah adalah bagaimana menciptakan Ponorogo agar ketika wisatawan berkunjung itu merasa nyaman. Bagaimana restoran dan warungnya bersih, fasilitasnya memadai, dan lainnya.
Fungsi Badan Pusat Statistik (BPS) adalah menyediakan data statistik yang akurat dan terpercaya untuk pemerintah dan masyarakat, membantu membangun sistem perstatistikan nasional, serta merumuskan kebijakan dan standar metodologi statistik.
Berkaitan dengan hal tersebut, Evi mengharapkan data-data yang telah diberikan kepada semua OPD bisa dimaksimalkan dan tidak hanya berhenti di angka-angka saja. Evi menekankan bahwa tugas pemerintah bukan sekadar mencatat angka, melainkan mendorong perubahan nyata. Menurutnya, kunci ada pada sinergi antar OPD untuk membina desa, mendeteksi masalah, dan memberikan solusi sesuai kebutuhan.
"BPS fungsinya hanya mengukur, tapi kita tidak hanya memberikan angka, tapi berdasarkan fakta lapangan."
Berdasarkan data dan penjelasan yang disampaikan oleh Kepala BPS Ponorogo, dapat disimpulkan bahwa upaya penurunan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi di Ponorogo menunjukkan hasil yang menggembirakan, namun masih memerlukan komitmen berkelanjutan dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan untuk memastikan bahwa peningkatan kesejahteraan ini dapat dinikmati secara merata dan berkelanjutan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Bagus Satriawan
0 Komentar