PONOROGO – Sebanyak 90 peserta dari berbagai kalangan mengikuti kegiatan jelajah situs sejarah di Kabupaten Ponorogo, Sabtu (23/8/2025). Kegiatan kunjungan ke situs sejarah di Ponorogo ini merupakan upaya konkret untuk menautkan generasi muda dengan jejak sejarah dan budaya leluhurnya.
Rombongan yang terdiri dari 20 orang perwakilan UIN, 15 orang dari komunitas Pamong Wengker, 15 sejarawan, serta 40 orang dari masyarakat umum tersebut memulai perjalanan dari Pendopo Kabupaten pukul 08.00 WIB. Dengan menggunakan kendaraan yang didukung Pemerintah Kabupaten, mereka mengunjungi enam lokasi bersejarah, yaitu Makam Batoro Katong, Situs Gunung Gae Ngrupit Jenangan, Masjid Kyai Kholifah Sampung, Situs Dusun Medang Sampung, Setom atau Cerobong Asap Sampung, dan ditutup di Monumen Reyog Sampung.
"Kata ahli pernah mengatakan bahwa kalau kamu ingin melumpuhkan suatu bangsa, pisahkan generasi muda dari leluhurnya, pisahkan generasi muda dari sejarahnya pasti bangsa itu akan kocar-kacir dan cerai-berai. Kami ingin nah ini kita tautkan kembali bahwa rahim perjalanan sejarah bangsa ini ada pada tautan rahim leluhur," tegas Bupati.
Bupati juga mengungkapkan kegelisahannya terhadap sistem pendidikan yang mulai meninggalkan pelajaran fundamental. "Saya agak gelisah ketika di SD sudah tidak ada pelajaran tentang PMP (Pendidikan Moral Pancasila). Di SD tidak ada pelajaran tentang sejarah. Di SD sudah tidak ada lagi pembelajaran tentang Budi Pekerti, tidak ada sopan santun maka suatu ketika akan menjadi bangsa yang kosong," ujarnya.
Ia berharap kegiatan ini menjadi awal dari gerakan yang lebih besar untuk mengembalikan jati diri bangsa. Mimpi besarnya adalah membangun Museum Peradaban di Sampung, yang diawali dengan Trans Museum yang telah dirintis. Museum ini diharapkan menjadi pusat penelitian dan pijakan untuk membangun karakter bangsa berdasarkan kearifan leluhur.
"Ini awal mula yang baik... kecil tapi ini bermakna besar. Tidak sekedar jalan dan bersama-sama wisata, tapi kita menancapkan sebuah tonggak sejarah, kita mulai berkiblat membangun berbasis agama bangunan yang kokoh sepanjang masa," pungkas Bupati menutup sambutannya.
Ketua Panitia, Titis, menyatakan bahwa kegiatan ini telah menjadi agenda rutin. "Kegiatan ini sebenarnya sudah dilakukan beberapa kali sebelum tahun ini. Cuma di tahun-tahun kemarin kami masih menggunakan kereta kelinci atau untuk menuju ke situs-situs tersebut. Tetapi di tahun ini dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo, kita sudah tidak menggunakan kendaraan yang tidak legal. Ini, kami juga didukung dari kawan-kawan sesepuh pamong wengker dan tim cagar budaya," ujarnya.
Titis juga menjelaskan tujuan strategis dari kegiatan ini. "Tujuan nanti tadi sudah diawali sengaja pendaftaran registrasi ulang di museum transit supaya paling tidak masyarakat mengenal bahwa ada museum transit yang akan berlanjut ke museum peradaban di Sampung," tambahnya.
Kegiatan ini diharapkan tidak berhenti sebagai seremonial belaka, tetapi menjadi pemantik kesadaran kolektif akan pentingnya merawat sejarah dan budaya sebagai fondasi membangun masa depan. (hmr)
0 Komentar